Aku juga bingung mengapa dosen memberikan tugas seperti ini pada semua mahasiswa. Cerita ini nyata apa adanya, karena memang disuruh cerita pribadi masing-masing yang boleh untuk diketahui orang banyak. Selamat membaca :D
Karena Mimpi, Aku di sini
Saat
waktu kecil, seperti kebanyakan anak-anak kecil lainnya kalau ditanya mengenai
apa cita-cita mereka, kebanyakan dari mereka pasti menjawab “aku ingin jadi
polisi”, ada juga yang menjawab “kalau aku ingin jadi dokter”. Kebanyakan
cita-cita mereka waktu kecil adalah mereka ingin menjadi seorang dokter,
polisi, pilot, tentara, dll. Kebanyakan dari mereka juga kalau ditanya lagi
dengan pertanyaan yang sama, pasti jawaban mereka berganti lagi. Sekarang ingin
jadi seorang dokter, besok seorang polisi, besok seorang tentara. Setiap hari
mereka berganti cita-cita. Hahaha, dasar anak kecil. Sama halnya denganku.
Ketika dulu aku ditanya oleh ibuku “apa cita-citamu mbak arum?” lalu aku
menjawab, ”aku ingin jadi dokter bu”.“Bagus,kalau mau jadi dokter, sekolah yang
pinter ya”, kata ibu saya. “ya bu, aku akan sekolah yang rajin biar bisa jadi
dokter yang profesional”, jawabku. Saat itu pula, aku menjadi rajin belajar
agar cita-citaku yang ingin menjadi doketr bisa tercapai.
Dengan
berjalannya waktu, aku menjadi sedikit bosan dengan cita-citaku yang ingin
menjadi seorang dokter professional. Entahlah, mengapa aku bisa bosan dengan
cita-citaku yang belum tentu aku dapat mencapainya. Setalah bosen dengan
cita-cita menjadi seorang dokter, aku berganti cita-cita ingin menjadi seorang
wartawan. Awal mulanya begini. Saat aku menonton tv, menonton berita atau
gossip, aku berpikir sepertinya enak menjadi seorang wartawan. Bisa pergi
kemana saja, bisa ketemu artis, dll. Banyak sekali keuntungan seorang wartawan
saat aku mengamatinya di televisi. Lalu aku menulis di buku, ya semacam buku
diary lah. Setelah bosan dengan cita-cita menjadi seorang dokter professional,
aku berganti cita-cita menjadi seorang wartawan professional. Berharap bisa
pergi keliling Indonesia, bahkan dunia, bertemu dengan artis-artis terkenal ibu
kota, pokoknya pergi ke tempat yang belum pernah aku ketahui sebelumnya.
Aku
masih tetep menyimpan cita-citaku menjadi seorang wartawan professional sampai
tiba waktunya aku berganti cita-cita lagi. Waktu kelas 4 SD, aku diajak ibuku
pergi ke tempat bude di Pekanbaru Riau. Kami pergi kesana dengan menggunakan
pesawat. Saat itu adalah kali pertamanya aku menaiki pesawat. Saat berada di
pesawat, aku melihat ada perempuan yang cantik-cantik. Terus aku bertanya pada
ibuku, siapa sebenarnya perempuan-perempuan tersebut. Ternyata mereka adalah
pramugari. Saat itu juga, aku berkhayal jika suatu hari nanti saat sudah besar,
aku bisa menjadi pramugari. Bisa membawa keluargaku keliling dunia naik pesawat
dengan gratis. Yesssss. Saat itu juga, aku langsung memindahkan cita-citaku
sebelumnya yang ingin menjadi seorang wartawan, berubah menjadi seorang
pramugari. Seorang pramugari yang tinggi, cantik, ramah, baik hati, murah
senyum, dll.
Mulai
kelas 4 SD, aku merubah cita-citaku menjadi seorang pramugari. Keinginanku
menjadi pramugari masih bertahan sampai saat ini. Ya, sampai sekarang, sampai
aku berumur 19 tahun aku masih berkeinginan menjadi pramugari. Tapi entahlah,
ada rasa ragu untuk menjadi seorang prtamugari. Secara, aku kuliah di
pendidikan yang sudah semester 3. Kalau mau melepas perjuanganku kuliah di uny
untuk seorang pramugari rasanya sangat disayangkan sekali. Tapi, aku tidak
tahu. Aku hanya bisa melakukan yang aku hadapi sekarang ini.
Setelah
beberapa tahun bercita-cita menjadi seorang pramugari, aku mulai berfikir lagi.
Ini bermula saat berbincang-bincang dengan bapak dan ibuku. Bapakku bilang
gini, ”besok, pokoknya anaknya bapak harus ada yang salah satu menjadi guru.
Orang bapak dan ibunya guru, anaknya juga harus ada yang jadi guru”. Saat itu,
aku sudah sma, kelas XI. Dan saat itu juga aku sudah berada di jurusan bahasa.
Oh, yaa. Bapak dan ibuku adalah orangtua yang membebaskan anaknya untuk memilih
apa yang disukainya asalkan memang baik.
Waktu
penjurusan di kelas X, aku dengan mantap memilih jurusan bahasa. Bapak dan
ibuku mendukungku. Mereka tidak memaksaku untuk mengambil jurusan IPA ataupun
IPS. Mereka berpikir, memang bahasa yang terbaik untukku. Heheheeeee. Kembali
ke cerita tentang bapak dan ibuku untuk memaksa anak-anak mereka harus menjadi
guru. Pada saat itu, aku berfikir, gimana kalau aku saja yang menjadi guru ?
Saait itu, aku bermimpi kuliah di UNY-jurusan pendidikan bahasa perancis.
Tempat dimana aku sedang belajar sekarang. Ya. Mimpiku yang satu ini menjadi
kenyataan, Allah mengabulkan salah satu mimpiku, salah satu cita-citaku. Sejak
saat itu dan sampai sekarang aku ingin menjadi seorang guru/dosen yang dikenal
guru/dosen yang pinter, ramah, dan bisa membuat siswanya senang. Aku berharap
Allah mengabulkan doaku, dan aku dapat mencapai mimpiku yang satu ini.
Aku senang bermimpi dan memikirkan
kelak seperti apa diriku di masa depan. Merancang peta hidup dan berkhayal jika
suatu saat nanti aku sampai pada titik yang kudambakan. Setelah itu kupaksa
diri ini bergerak mengejar apa yang kuinginkan, bermodalkan ikhtiar dan
kekuatan doa. Aku tahu bahwa Tuhan Maha Mendengar dan Dia pasti menghargai
sekecil apapun usaha hamba-Nya. Dengan bijaksananya, Tuhan juga telah mengatur
sedemikian rupa setiap potongan hidupku dalam suratan sempurna yang Dia
rancang. Aku yakin setiap apa yang telah dan akan terjadi pasti itu adalah yang
terbaik untukku.
Quote of the day :
“If you don’t dream
big, thre’s no use of dreaming, if you don’t have faith there’s nothing worth
believing”
“Always be yourself
there’s no one better”
“Bermimpilah, karena
tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”
“Stay humble”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar